Bukit Kasih Again!!!



Bukit Kasih adalah sebuah bukit indah unik yang terletak di kaki Gunung Soputan, Desa Kanonang, Kecamatan Kawangkoan, Kabupaten Minahasa, berjarak sekitar 55 km dari Kota Manado, Sulawesi Utara. Bukit Kasih yang dibangun pada tahun 2002 ini, sesuai namanya, dimaksudkan sebagai simbol bagi kerukunan dan kedamaian kehidupan umat beragama.
Setelah sekitar 15 menit meninggalkan Tomohon, jalanan menuju Bukit Kasih yang sangat mulus mulai terlihat berliku, mendaki dan harus sedikit berhati-hati jika berpapasan dengan kendaraan lain. Untuk masuk ke tempat wisata Bukit Kasih, pengunjung membayar tiket Rp.3.000, dengan tempat parkir kendaraan luas yang lokasinya dekat dengan tugu Bukit Kasih.
Panorama alam di sekitar Bukit Kasih, yang diambil beberapa saat sebelum memasuki area wisata. Bukit Kasih tampak pada bagian kanan foto, sementara di lokasi yang lebih tinggi terlihat sebuah salib putih berukuran raksasa, dengan puncak Gunung Soputan disaput kabut pekat.
Di lokasi puncak Bukit Kasih ini dibangun tempat ibadah berukuran sedang, yaitu bangunan Gereja Katolik, Gereja Kristen, Masjid, Pura dan Vihara. Untuk mencapai puncak Bukit Kasih pengunjung harus mendaki ratusan anak tangga.
Sebuah tugu setinggi 22 meter tampak berdiri menjulang di tengah-tengah dataran di kaki Bukit Kasih. Tugu bersegi lima yang melambangkan jumlah Agama utama di Indonesia ini pada setiap sisi dindingnya dipahat mural dan tulisan yang berisikan ajaran kelima agama, yaitu Kristen, Katolik, Islam, Hindu dan Buddha. Patung kepala di sebelah kiri foto adalah patung kepala Toar, sementara patung kepala Lumimu’ut tidak tampak pada foto.
Pembuatan patung kepala Toar – Lumimu’ut ini kabarnya dilakukan oleh seorang seniman patung yang didatangkan dari Pulau Bali. Ada pula patung kepala Lumimu’ut (tanah) yang konon kecantikannya tidak pernah berubah dan tetap berparas muda.
Toar, yang sesungguhnya adalah anak Lumimu’ut, tidak mengenali ibunya saat kembali dari pengembaraannya yang lama, maka mereka pun menikah dan melahirkan keturunan. Toar – Lumimu’ut dipercayai sebagai nenek moyang orang Minahasa.
Asap belerang putih tebal mengepul dari sebuah area dimana terdapat sumber-sumber air panas yang mengandung belerang, yang energi panasnya sering dipakai untuk merebus jagung atau pun telur, setelah terlebih dahulu dibungkus. Pengunjung biasanya merendam kaki di sumber air panas ini setelah turun dari puncak bukit.
Pengunjung bisa memilih dua rute untuk sampai ke puncak, dengan rute sebelah kanan merupakan jalan salib dengan anak tangga yang curam dan sangat melelahkan untuk didaki, serta ada rute di sebelah kiri. Atas anjuran anak-anak kecil yang menemani naik ke Bukit Kasih, kami memilih jalur yang berada di sebelah kiri yang lebih landai. Sebuah pilihan yang ternyata sangat menolong.
Mural dan pahatan pada salah satu dinding Tugu Bukit Kasih, yang mengutip kata-kata dari kitab suci Injil.
Tulisan pada sisi Tugu Bukit Kasih lainnya: “Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasam Buddhasa (Terpuji Sang Bhagava Yang Maha Suci yang telah mencapai Penerangan Sempurna”, dan “Tidak melakukan segala bentuk kejahatan; Senantiasa mengembangkan kebajikan; dan membersihkan pikiran; Inilah ajaran para Buddha”
Mural di sebelah kanan berbunyi: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap: Jiwa, Hati dan Akal Budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”
Di bawah mural di sebelah kanan ada tulisan yang berbunyi: “Ia yang tidak menyebabkan penderitaan bahkan mengusahakan keselamatan bagi semua mahluk, ia mendapat kebahagiaan tanpa akhir”. Sebuah kutipan dari kitab suci Weda yang dipahat di salah satu sisi Tugu Bukit Kasih.
Lintasan yang mengular naik mendaki ke atas puncak bukit. Patung utuh Toar Lumimu’ut berukuran besar berada pada puncak bukit yang berada di sisi sebelah kiri Bukit Kasih.
Sempat ragu-ragu apakah akan melanjutkan pendakian sampai ke atas bukit, namun akhirnya kami terus melanjutkan pendakian, dan sampai jugalah di puncak Bukit Kasih. Ada perasaan lega dan gembira ketika telah sampai ke puncak bukit dengan pandangan yang sangat luas ke bawah.
Sebuah ornamen indah dan sesajian yang berada di Pura di puncak Bukit Kasih. Sayang sekali tempat ibadah yang lain tertutup pintunya sehingga kami tidak bisa masuk untuk melihat ke dalam. Namun dengan melihat sisi luarnya, kondisi tempat-tempat ibadah itu tampak sudah memerlukan perbaikan dan perawatan.
Tugu Bukit Kasih dilihat dari atas puncak bukit. Kami melewati jalan salib yang terletak di lintasan sebelah kanan Bukit Kasih saat kami berjalan turun dari atas bukit.
Jalanan menurun pada lintasan sebelah kanan ini ternyata memang berat, sangat berat, dengan anak tangga yang tinggi dan kemiringan tajam. Bisa dibayangkan betapa menantang dan melelahkannya jika pengunjung naik ke atas Bukit Kasih dari lintasan ini, karena untuk berjalan turun saja sudah begitu meletihkan.
Temaram langit senja di Bukit Kasih, yang tertangkap dalam perjalanan turun dari atas bukit menuju ke tempat parkir kendaraan. Karena begitu lambatnya langkah kaki ketika menuruni bukit, dengan beberapa kali istirahat untuk mengatur nafas dan mengistirahatkan kaki yang letih, langit telah menjadi gelap ketika kami sampai di kaki bukit.
Bukit Kasih merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi ketika berada di Sulawesi Utara. Saat anda di sana, kecuali jika memiliki stamina sangat baik, maka sebaiknya jangan memilih lintasan di sebelah kanan untuk naik ke puncak Bukit Kasih, namun pilihlah lintasan di sebelah kiri yang jauh lebih landai dan ringan. Ada baiknya menerima tawaran anak-anak untuk menemani perjalanan selama mendaki dan menuruni Bukit Kasih, dengan memberi tips yang cukup.

Komentar