Wowong Diakonia, Bukit Kasih, dan Wajib Belajar di Desa Kanonang Dua...


Tidak ada alasan tidak memiliki beras jika berada di desa ini. Desa Kanonang Dua di kecamatan Kawangkoan Barat, Minahasa, Sulawesi Utara ini memiliki tradisi bersedekah yang dinamakan Wowong Diakonia.
Wowong Diakonia terdiri dari dua kata yaitu Wowong (bahasa asli desa Kanonang Dua) yang berarti bilah bambu, dan Diakonia (bahasa Yunani) yang berarti bersedekah. Wowong Diakonia akhirnya bermakna bilah bambu tempat bersedekah.
Nah, isi bilah bambu itu diisi dengan beras oleh warga yang mampu secara perekonomian. Beras yang disisihkan pun hanya diambil dari beras yang akan dimasak.
Pada tiap hari Minggu, perangkat desa akan mengambil semua beras yang ada di dalam bambu-bambu depan rumah warga Kakonang Dua untuk selanjutnya dibagi-bagikan kepada warga yang kurang mampu.
Ternyata kebiasaan ini tidak hanya dilestarikan dari zaman ke zaman dan dari generasi ke generasi tapi juga dipatenkan dalam Peraturan Desa Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kemasyarakatan.
Tradisi itulah yang membawa desa Kanonang Dua menjadi juara mewakili regional Kalimatan dan Sulawesi dalam lomba yang diadakan Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Desa Kanonang Dua bisa dibolang sebagai desa yang relijius. Selain memiliki tradisi yang relijius, desa ini merupakan lokasi destinasi wisata relijius yaitu Bukit Kasih.
Bukit Kasih terletak di kawasan bukit belerang yang masih alami. Bukit ini didesain sedemikian rupa sehingga para pengunjung menikmati perasaan tergugah dalam hatinya.
Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung harus menempuh perjalanan 60 menit dari ibukota Kabupaten Minahasa, Tondano. Bukit Kasih juga merupakan sebuah monumen kebersamaan dan kerukunan umat beragama yang ada di kota manado.
Apabila ada fotografer yang menawarkan jasa foto, hampir pasti dia berasal dari desa ini. Ya, ada sekitar 82 orang warga desa Kanonang Dua yang merangkap pekerjaan menjadi fotografer di Bukit Kasih.
Profesi utama warga desa Kanonang Dua sebenarnya adalah petani namun banyak juga yang menyambi menjadi fotografer di lokasi wisata itu.
Identik dengan reliji, desa Kanonang Dua memiliki banyak lagi tradisi yang bersifat kemanusiaan. Akhirnya kesenjangan ekonomi di desa ini tidak begitu nampak.
Apakah ada hal lain selain hal relijius? Tentu!
Pemerintah desa Kanonang Dua memberlakukan wajib belajar di rumah, dimulai pukul 4 sore hingga 6 sore WITA. Di jam-jam tersebut, para pelajar dilarang berkeliaran di luar rumah dan tentu saja ada aparat yang berjaga-jaga.
Nah, program wajib belajar ini tidak main-main, lho, sebab sudah diatur dalam Peraturan Desa Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kemasyarakatan..

Komentar